Kearifan ekologis dalam cerita legenda pemandian Kendat di Boyolali: Kajian ekokritik

Authors

  • Essa Rohimah Sari Universitas Sebelas Maret
  • Edy Suryanto Universitas Sebelas Maret
  • Nugraheni Eko Wardani Universitas Sebelas Maret

DOI:

https://doi.org/10.21831/hum.v25i2.81119

Keywords:

cerita rakyat, ekokritik, sastra apokaliptik, spiritual

Abstract

This research discusses a folktale about the origin of the umbul kendat bath in Boyolali. This story explains the origin of the kendat bath taken from the journey of a palace princess named Dyah Ayu Ratna Sekar Kedaton. Her journey experienced deep sadness because she had been disappointed by the person she liked. Because she felt disappointed by this, the princess decided not to return to the palace and chose to continue performing rituals in the pond which is often called umbul kendat. The purpose of this research is implied by the wisdom of the folklore of Umbul Kendat Bath in Boyolali and is associated with the application of the present which functions as a foklor. The method used in this research uses a qualitative method in the form of narrative analysis. This folklore is analyzed using one of the literary studies, namely ecocriticism and foklor studies. The conclusion of this research is that the folklore of Umbul Kendat Bath in Boyolali is associated with apocalyptic literature because there are several characteristics such as a large, dashing, young, handsome figure, and the figure of a palace princess who performs rituals (spiritual actors); the palace court lady who is worried about the departure of Dyah Ayu, the only princess of the palace; characters who have excess spiritual powers. The concept contained in the book written by Greg Garrard, there are six concepts and only 4 concepts are taken, namely shelter, forest, disaster, earth. Spiritual values that can be practiced by anyone with different goals. This spiritual value is related to aspects of community life around the location that affect the direction of human life. The urgency of this research can have a positive impact on the community around the location to perform rituals with the aim of easily getting a job and being able to make money from a business.

Penelitian ini membahas tentang cerita rakyat yang bertemaasal usul pemandian umbul kendat di Boyolali. Cerita ini menjelaskan mengenai asal usul pemandian kendat yang diambil dari perjalanan puteri keraton yang bernama Dyah Ayu Ratna Sekar Kedaton. Perjalanannya yang mengalami kesedihan mendalam karena telah dikecewakan oleh orang yang disukai. Karena merasa kecewa dengan hal tersebut puteri kertaon tersebut memutuskan untuk tidak kembali lagi ke keraton dan memilih melanjutkan melakukan ritual di kolam yang sering disebut dengan umbul kendat. Tujuan yang diungkapakn dalam penelitian ini tersirat dari kearifan cerita rakyat Pemandian Umbul Kendat di Boyolali dan dikaitkan pada penerapan masa kini yang berfungsi foklor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa analisis naratif. Cerita rakyat ini dianalisis menggunakan salah satu kajian sastra yaitu kajian ekokritik dan foklor. Kesimpulan pada penelitian ini berupa cerita rakyat Pemandian Umbul Kendat di Boyolali yang dikaitkan dengan sastra apokaliptik karena terdapat beberapa karakteristik seperti sosok besar, gagah, muda, tampan, dan sosok puteri keraton yang melakukan ritual (pelaku spiritual); dayang keraton yang khawatir akan kepergian Dyah Ayu puteri keraton satu-satunya; karakter yang memiliki kelebihan kesaktian spiritual. Konsep yang terdapat pada buku yang di tulis oleh Greg Garrard, ada enam konsep dan yang diambil hanya 4 konsep yaitu tempat tinggal, hutan, bencana, bumi. Nilai spiritual yang dapat dilakukan oleh siapapun dengan tujuan yang berbeda-beda. Nilai spiritual ini berkaitan dengan aspek kehidupan masyarakat disekitar lokasi yang berpengaruh pada arah hidup manusia. Urgensi dalam penelitian ini dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar lokasi untuk melakukan ritual dengan tujuan agar mudah mendapatkan pekerjaan dan dapat mengahasilkan uang dari suatu usaha.

Author Biographies

Essa Rohimah Sari, Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa S2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Edy Suryanto, Universitas Sebelas Maret

Dosen S2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nugraheni Eko Wardani, Universitas Sebelas Maret

Dosen S2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

References

Ananda, R. (2015). Kajian fungsi sastra lisan kaba urang tanjuang karang pada pertunjukan dendang pauah. Semantik, 4(2), 92–122.

Attas, S. G. (2015). Refleksi 50 tahun pengajaran bahasa dan seni sastra di Fakultas dan Seni Universitas Negeri Jakarta: Antara kelisanan dan keberaksaraan. Penerbit Beringin Mulia.

Bascom, W. (1965). The forms of folklore: prose narratives. The Journal of American Folklore, 78(307), 3. https://doi.org/10.2307/538099

Bracke, A., & Corporaal, M. (2010). Ecocriticism and English Studies: An Introduction. English Studies, 91(7), 709–712. https://doi.org/10.1080/0013838X.2010.518038

Chaer, M. T., Rochmah, E. Y., & Sukatin, S. (2021). Education based on local wisdom. JIE (Journal of Islamic Education), 6(2), 145. https://doi.org/10.52615/jie.v6i2.216

Dahal, H., & Bhatta, B. (2021). Folktales: A moral message from the past to the future generation. Nepal Journal of Multidisciplinary Research, 4(1), 31–43. https://doi.org/10.3126/njmr.v4i1.36618

Fatimah, R., Arum, P. D. A., Ratnasari, T. A., & Dewi, S. (2019). Nilai dalam budaya larung sesaji Gunung Kelud. Jurnal Studi Budaya Nusantara, 3(2), 109-116. https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2019.003.02.03

Fatmawati, D. (2021). Islam and local wisdom in Indonesia. Journal of Sosial Science, 2(1), 20–28. https://doi.org/10.46799/jsss.v2i1.82

Fischer, J. L. (1963). The Sociopsychological analysis of folktales. Current Anthropology, 4(3), 235–295. https://doi.org/10.1086/200373

Folktales’ Qualities and Eligibility as Intangible Heritage. (2024). The society of Korean oral literature, 74, 5–36. https://doi.org/10.22274/KORALIT.2024.74.001

Garrad, G. (2004). Ecocriticism: The new critical idiom. Routledge.

Geal, R. (2023). Towards an ecocritical adaptation studies. Adaptation, 16(1), 1–12. https://doi.org/10.1093/adaptation/apad001

Harsono, S. (2008). Ekokritik: Kritik sastra berwawasan lingkungan. jurnal Kajian Sastra, 32(1).

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis; A methods sourcebook. Arizona State: SAGE.

Moleong, L. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Sartina, Salma, dan Z. A. Ba. (n.d.). Manusia dengan lingkungan alam dalam novel Aroma Karsa karya Dee Lestari (Kajian Ekokritik Sastra). 2021, 7(3).

Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode penelitian masyarakat. Gramedia.

Ratna, N. K. (2015). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra: dari strukturalisme hingga postrukturalisme perspektif wacana naratif. Pustaka Pelajar

Rioux, M. (1950). Folk and folklore. The Journal of American Folklore, 63(248), 192. https://doi.org/10.2307/537160

Sahu, G. (2014). Ekokritisme-memahami hubungan antara sastra dan lingkungan dalam novel-novel berbahasa Inggris India. Sejawat Sai Om Journal of Arts & Education: Jurnal Internasional Yang Ditinjau, 1, 23–26.

Sukmawan, S. (2016). Ekokritik sastra: menanggap Sasmita Arcadia. University of Brawijaya Press.

Downloads

Published

2025-10-08

How to Cite

[1]
Sari, E.R. et al. 2025. Kearifan ekologis dalam cerita legenda pemandian Kendat di Boyolali: Kajian ekokritik. Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum. 25, 2 (Oct. 2025). DOI:https://doi.org/10.21831/hum.v25i2.81119.