AKTIVITAS ANTI BAKTERI MANDI CELUP DAUN BINAHONG DALAM MEMBANTU MENGURANGI JERAWAT PUNGGUNG
DOI:
https://doi.org/10.21831/hej.v4i2.33313Keywords:
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), staphylococcus aureus, mandi celupAbstract
Meningkatnya resistensi bakteri penyebab penyakit infeksi kulit seperti jerawat punggung terhadap berbagai antibiotik mengakibatkan kesulitan yang lebih besar dalam pengobatannya. Hal ini mendorong dilakukan pengkajian dan penelitian untuk menemukan obat alternatif selain antibiotik dari bahan kimia, khususnya dari bahan alam yang lebih poten terhadap bakteri. Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki khasiat sebagai antibakteri.Salah satu penyebab resistensi antibiotik adalah ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik. Ketidakpatuhan pasien disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang penggunaan dan regimen dosis antibiotik. Hal ini mendorong diciptakannya suatu produk antibiotik herbal baru yang lebih aman dan mudah ntuk digunakan. Bentuk sediaan mandi rempah dalam bentuk celup dapat digunakan untuk memudahkan aplikasi penggunaan antibotik dengan tepat dan aman Efektivitas serbuk daun Binahong pada kulit yang terinfeksi bakteri seperti jerawat semakin besar dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong. Dengan demikian dapat diberi perlakuan terhadap klien yang terinfeksi bakteri dengan kadar simplisia daun binahong yang berbeda (meningkat) pada sediaan mandi celup herbal dan pembanding yaitu sediaan mandi celup herbal tanpa pemberiaan simplisia daun binahong (kontrol negatif) dan sediaan mandi celup herbal ditambah antibiotik kimia (kontrol positif).References
Ade Zuhrotun, dkk. 2009. Pemanfaatan ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdriffa. L) asal kabupaten Bandung Barat sebagai antiinfeksi terhadap beberapa genus bakteri staphylococcus diunduh pada Tanggal 2 November 2013dari pustaka.unpad.ac.id
Anik Umar, dkk. (2012.) Pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap kesembuhan luka infeksi staphylococcus aureus pada mencit. analis. diunduh pada Tanggal 2 November 2013 dari poltekkesdepkessby.ac.id/
Bambang Suhariyanto. (2011). Antibiotik topikal untuk penyakit kulit pada wisatawan diunduh pada Tanggal 3 November 2013 dari rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/.../index.php
Eka Rahayu Utami.(2012). Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi Diunduh pada Tanggal 17 November 2013 dari ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/sainstis/.../pdf"Ž.
Ganiswara, S.G., 1995. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Heni Anastasia. 2009. Cantik, sehat, dan sukses berbisnis spa. Yogyakarta: Kanisius
Kemenkes RI. (2011). Profil kesehatan Indonesia 2010. diunduh pada Tanggal 3 November 2013 dari www.depkes.go.id/.../PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf
Koneman, E. W., Stephen D. W., Dowel V. R., William M. J., Sommers and Winn H. M. Washington C., 1988, Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 3rdedition, Lippincott company, Philadelphia, USA
Mufid Khunafi. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap bakteri staphylococcus aureus dan pseudomonas aeruginosa Skripsi tidak diterbitkan Diunduh pada Tanggal 1 November 2013 dari http://lib.uinmalang.ac.id/?mod=th_detail&id=.
Niswah Paju, dkk, (2013). Uji efektivitas salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang terinfeksi bakteri staphylococcus aureus. Diunduh pada Tanggal 2 November 2013 dari Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 01 : 51.
Mus. (2008). Informasi spesies binahong anredera cordifolia (Ten.) steenis. Diunduh pada Tanggal 20 April 2009 dari http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387.
Pelczar, M dan Chan.1988. Dasar-dasar mikrobiologi (Jilid1) Jakarta:UI Press.
Williams R. (2009). Handbook of antibiotics. England: Lippincott Williams & Wilkins Co.